RagamWarta.com – Kolaborasi sejumlah komunitas lokal yang eksis di Kabupaten Trenggalek membuahkan hasil yang membanggakan.
Film dokumenter berjudul “Tambang Emas Ra Ritek” berhasil menembus nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik dalam ajang bergengsi nasional Festival Film Indonesia (FFI) 2025.
Film ini menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong warga dalam berkarya dapat menembus panggung perfilman nasional.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut pengakuan sutradara film yang bernama Alvina (27) asal Desa Pule, Kecamatan Pule, mengaku tidak menyangka karyanya bisa masuk nominasi bergengsi tersebut.
“Tentu rasanya bangga, ternyata FFI juga mempertimbangkan isu tambang emas di Trenggalek. Sehingga perjuangan masyarakat untuk melindungi lingkungan turut disuarakan di ruang yang lebih luas,” ucap Vina, Jumat (24/10/2025).
Dijelaskan Alvina, film Tambang Emas Ra Ritek lahir dari kerja kolaboratif berbagai komunitas Trenggalek. Mulai Serikat Suket yang bergerak di bidang kesenian, Persma Jimat yang membantu dokumentasi visual, serta Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) yang mendukung dari sisi riset dan pendanaan produksi.
“Ide film ini muncul sejak Februari 2025. Kami mulai dari mengumpulkan arsip berita, foto, hingga video perjuangan warga. Tahap produksi dilakukan Maret sampai April di beberapa titik konsesi tambang emas, dan rampung pascaproduksi pada Mei,” jelas Vina.
Film berdurasi 90 menit ini menampilkan kisah masyarakat dari berbagai latar belakang petani, nelayan, perempuan, tokoh agama, seniman, hingga anak muda yang menilai tambang emas sebagai bentuk penjajahan gaya baru.
Selain proses produksinya, kegiatan nonton bareng (nobar) juga menjadi bagian penting dari pergerakan komunitas. Nobar perdana digelar di Kecamatan Kampak dan dihadiri lebih dari seratus penonton dari berbagai wilayah, mulai Pule, Tugu, Watulimo, hingga Munjungan.
“Di Trenggalek, nobar film ini sudah dilakukan di Kampak, Pule, dan Dongko. Sementara di luar daerah, film sudah diputar di Malang, Surabaya, Yogyakarta, dan beberapa kampus,” terangnya.
Meski menghadapi keterbatasan peralatan dan dana, semangat kolaboratif membuat film ini tetap bisa diselesaikan.
“Harapannya film ini bisa menang dan jadi arsip perjuangan, pengingat, serta penyambung solidaritas antarwarga di berbagai daerah,” pungkasnya.











