RagamWarta.com – Warga lansia dan penyandang disabilitas di Kabupaten Trenggalek kini tak perlu jauh-jauh ke rumah sakit untuk menjalani terapi fisioterapi.
Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Trenggalek mulai menghadirkan layanan fisioterapi di sejumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bahkan hingga wilayah pelosok.
Kepala Dinkes Trenggalek, Sunarto menyebutkan bahwa layanan fisioterapi ini merupakan bagian dari upaya mendekatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai tahap awal, ada enam Puskesmas yang menjadi lokasi uji coba layanan tersebut, yakni Puskesmas Panggul, Dongko, Ngulankulon, Karangan, Tugu, dan Puskesmas Trenggalek.
“Umur harapan hidup di Trenggalek cukup tinggi, mencapai 75,35 tahun pada 2024 dan kami optimistis meningkat di 2025. Namun, konsekuensinya, sebagian masyarakat mengalami ketergantungan sedang hingga total. Maka itu, mereka perlu dilatih agar lebih mandiri melalui layanan fisioterapi,” ujar Sunarto, ditemui di Puskesmas Ngulankulon, Kecamatan Pogalan, Selasa (28/10/2025).
Ia menjelaskan, kondisi geografis Trenggalek yang didominasi daerah pegunungan membuat sebagian warga kesulitan menjangkau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang berlokasi di pusat kota.
Banyak pasien yang memiliki keterbatasan mobilitas dan tidak selalu memiliki kendaraan untuk berobat, sehingga akhirnya memilih pasrah dengan kondisi kesehatannya.
“Dengan layanan keliling ini, fisioterapis kami datang ke Puskesmas untuk melayani pasien. Harapannya, masyarakat tidak lagi menunda terapi karena jarak dan biaya,” lanjut Sunarto.
Kendati demikian, pihaknya mengakui bahwa layanan ini masih terbatas karena jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK), terutama fisioterapis, belum mencukupi.
Untuk sementara, tenaga fisioterapis harus bergilir dari satu Puskesmas ke Puskesmas lain. Selama proses terapi, pasien juga didorong agar melibatkan anggota keluarga sebagai pendamping.
“Keluarga kami ajak ikut mendampingi supaya bisa membantu latihan mandiri di rumah. Petugas Puskesmas juga kami latih agar bisa ikut membimbing pasien saat terapi,” jelas Sunarto.
Program ini, menurutnya, mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Bahkan di beberapa Puskesmas, warga yang mendaftar melebihi kapasitas pelayanan harian.
“Kemarin sampai dibatasi karena yang daftar banyak, sementara fisioterapis hanya satu orang. Kalau terlalu banyak pasien, waktunya tidak cukup,” ungkapnya.
Dari uji coba ini, Dinkes akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan kebutuhan SDM tambahan agar layanan fisioterapi bisa berjalan optimal di semua Puskesmas.
“Saat ini fokus kami masih pada lansia yang membutuhkan terapi, tapi difabel juga bisa dilayani. Prinsipnya, kami ingin memahami kebutuhan warga dan memperbaiki layanan kesehatan ke depan,” tandasnya.
Sementara itu, Sri Haryati yang merupakan warga Desa Pogalan mengaku senang dengan adanya layanan fisioterapi gratis di Puskesmas Ngulankulon.
Suaminya, Sumaji yang sudah beberapa tahun mengalami stroke, kini bisa berobat lebih dekat dari rumah.
“Senang sekali, karena selain dekat juga gratis. Dulu harus ke kota, sekarang cukup ke Puskesmas,” ujarnya.











