RagamWarta.com – Rumpon atau alat bantu penangkapan ikan milik nelayan tradisional yang biasanya banyak ditemukan di Teluk Prigi banyak yang hilang.
Hilangnya rumpon di Teluk Prigi itu ternyata berkaitan dengan kegiatan survei minyak dan gas bumi atau migas yang dilakukan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Cusi Kurniawati menjelaskan bahwa saat ini tengah berlangsung Survei Seismik Laut 2D di perairan selatan Jawa Timur.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Survei tersebut bertujuan memetakan potensi minyak dan gas bumi (migas) di kawasan laut lepas, mulai dari Kabupaten Pacitan hingga Kabupaten Lumajang.
“Nama surveinya adalah survei seismik 2D, dilakukan oleh Pertamina Hulu Energi atau PHE Jambi Merang,” ujar Cusi, Jumat (7/11/2025).
Dijelaskan Cusi, kegiatan survey migas dimulai akhir Oktober menggunakan kapal besar bernama Discover Booth yang menarik dua kapal pendukung untuk menyusuri area laut sesuai jalur pemetaan.
Agar proses pengambilan data berjalan lancar, semua rumpon di jalur lintasan kapal harus dibersihkan sementara waktu.
“Kalau melewati jalur-jalur itu dan ada rumpon, harus dibersihkan supaya tidak mengganggu proses survei,” jelasnya.
Cusi memastikan, nelayan yang terdampak tidak akan dirugikan karena pihak Pertamina telah menyiapkan kompensasi bagi rumpon yang rusak atau tidak bisa digunakan.
“Antara nelayan dan Pertamina sudah ada perhitungan sendiri. Yang penting, kerugian nelayan akibat rusaknya rumpon mendapat kompensasi,” tegasnya.
Ia memperkirakan, jumlah rumpon yang terdampak di wilayah perairan Trenggalek mencapai 100 hingga 200 unit, tersebar di sepanjang pesisir barat hingga timur, terutama di Kecamatan Watulimo, Munjungan, hingga Panggul.
Lebih lanjut, Cusi menambahkan bahwa survei 2D ini merupakan tahap awal dari proses eksplorasi migas di laut selatan Jawa Timur.
Hasil pemetaan akan menjadi dasar untuk survei lanjutan tiga dimensi (3D) yang diproyeksikan berlangsung dalam beberapa tahun mendatang.
“Pemetaan ini dilakukan karena sudah ada potensi yang diindikasikan. Dari survei 2D ini nanti bisa berkembang menjadi survei 3D, dan prosesnya bisa memakan waktu tiga sampai empat tahun,” pungkasnya.











